Kisah Nabi Daud As - Nabi Daud As seorang nabi dan rasul yang menerima kitab Zabur dari Allah. Nabi Daud As memiliki suara yang paling merdu dari semua suara umat manusia, seperti Nabi Yusuf As yang diberikan wajah yang paling tampan.
Berlalulah tahun-tahun yang cukup panjang dari wafatnya Musa. Setelah Nabi Musa As,
datanglah para nabi dan mereka telah mati dan anak-anak Israil setelah
Musa telah kalah. Kitab suci mereka telah hilang, yaitu Taurat.
Ketika Taurat telah hilang dari dada mereka maka ia pun tercabut dari
tangan mereka. Musuh-musuh mereka menguasai peti perjanjian yang di
dalamnya terdapat peninggalan keluarga Musa dan Harun.
Bani Israil terusir dari keluarga mereka dan rumah mereka. Keadaan
mereka sungguh sangat tragis. Kenabian telah terputus dari cucu Lawi,
dan tidak tersisa dari mereka kecuali seorang wanita yang hamil yang
berdoa kepada Allah SWT agar Dia memberinya anak laki-laki.
Lalu ia melahirkan anak laki-laki dan menamainya dengan nama Asymu'il
yang dalam bahasa Ibrani berarti Ismail. Yakni Allah SWT mendengar
doaku.
Ketika anak itu tumbuh dewasa, ibunya itu mengirimnya ke mesjid dan
menyerahkannya kepada lelaki saleh agar belajar kebaikan dan ibadah
darinya. Anak itu berada di sisinya.
Pada suatu malam —ketika ia telah menginjak dewasa—ia tidur, lalu ia
mendengar ada suara yang datang dari sisi mesjid. Ia bangun dalam
keadaan ketakutan dan mengira bahwa syaikh atau gurunya memanggilnya.
Ia segera menuju gurunya dan bertanya: "Apakah engkau memang memanggilku?"
Guru itu tidak ingin menakut-nakutinya maka ia berkata: "Ya, ya." Anak itu pun tidur kembali.
Kemudian suara itu lagi-lagi memanggilnya untuk kedua kalinya dan ketiga
hingga ia bangun dan melihat malaikat Jibril memanggilnya: "Tuhanmu
telah mengutusmu kepada kaummu."
Pada suatu hari, Bani Israil menemui nabi yang mulia ini. Mereka
bertanya kepadanya: "Tidakkah kami orang-orang yang teraniaya?"
Dia menjawab: "Benar."
Mereka berkata: "Tidakkah kami orang-orang yang terusir?"
Dia menjawab: "Benar."
Mereka mengatakan: "Kirimkanlah untuk kami seorang raja yang dapat
mengumpulkan kami di bawah satu bendera agar kita dapat berperang di
jalan Allah SWT dan agar kita dapat mengembalikan tanah kita dan
kemuliaan kita."
Nabi mereka berkata kepada mereka dan tentu ia lebih tahu daripada
mereka: "Apakah kalian yakin akan menjalankan peperangan jika diwajibkan
peperangan atas kalian?"
Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak berperang di jalan Allah SWT
sedangkan kami telah terusir dari negeri kami, dan anak-anak kami pun
terusir serta keadaan kami makin memburuk."
Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Thalut sebagai penguasa bagi kalian."
Mereka berkata: "Bagaimana ia menjadi penguasa atas kami sedangkan kami
lebih berhak mendapatkan kekuasaan itu daripadanya. Lagi pula, ia bukan
seorang yang kaya, sedangkan di antara kami ada orang yang lebih kaya
daripadanya."
Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah SWT memilihnya atas kalian
karena ia memiliki keutamaan dari sisi ilmu dan fisik. Dan Allah SWT
memberikan kekuasaan-Nya kepada siapa pun yang Dia kehendaki."
Mereka berkata: "Apa tanda kekuasaan-Nya?"
Nabi menjawab: "Kitab Taurat yang dirampas musuh kalian akan kembali
kepada kalian. Kitab itu akan dibawa oleh para malaikat dan diserahkan
kepada kalian. Ini adalah tanda kekuasaan-Nya."
Mukjizat tersebut benar-benar terjadi di mana pada suatu hari Taurat kembali kepada mereka.
Pembentukan pasukan Thalut dimulai. Thalut telah menyiapkan tentaranya untuk memerangi Jalut.
Jalut adalah seseorang yang perkasa dan penantang yang hebat di mana tak seorang pun mampu mengalahkannya.
Pasukan Thalut telah siap. Pasukan berjalan dalam waktu yang lama di
tengah-tengah gurun dan gunung sehingga mereka merasakan kehausan. Raja
Thalut berkata kepada tentaranya: "Kita akan menemui sungai di jalan.
Barangsiapa yang meminumnya maka hendaklah ia akan keluar dari pasukan
dan barangsiapa yang tidak mencicipinya dan hanya sekadar membasahi
kerongkongannya maka ia akan dapat bersamaku dalam pasukan."
Akhirnya, mereka mendapati sungai dan sebagian tentara minum darinya dan
kemudian mereka keluar dari barisan tentara. Thalut telah menyiapkan
ujian ini untuk mengetahui siapa di antara mereka yang menaatinya dan
siapa yang membangkangnya; siapa di antara mereka yang memiliki tekad
yang kuat dan mampu menahan rasa haus dan siapa yang memiliki keinginan
yang lemah dan gampang menyerah.
Thalut berkata kepada dirinya sendiri: "Sekarang kami mengetahui
orang-orang yang pengecut sehingga tidak ada yang bersamaku kecuali
orang-orang yang berani."
Jumlah pasukan memang berpengaruh tetapi yang paling penting dalam
pasukan adalah, sifat keberanian dan iman, bukan semata-mata jumlah dan
senjata. Lalu datanglah saat-saat yang menentukan bagi pasukan Thalut.
Mereka berdiri di depan pasukan musuhnya, Jalut. Jumlah pasukan Thalut
sedikit sekali tetapi pasukan Musuh sangat banyak dan kuat.
Sebagian orang-orang yang lemah dari pasukan Thalut berkata: "Bagaimana
mungkin kita dapat mengalahkan pasukan yang perkasa itu?"
Kemudian orang-orang mukmin dari pasukan Thalut menjawab: "Yang penting
dalam pasukan adalah keimanan dan keberanian. Berapa banyak kelompok
yang sedikit mampu mengalahkan kelompok yang banyak dengan izin Allah
SWT."
Allah SWT berfirman:
"Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah
nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka:
'Angkatlah untuk kami seorang raja agar kami berperang (di bawah
pimpinannya) dijalan Allah. Nabi mereka menjawab: 'Mungkin sekali jika
kamu diwajibkan berperang, kamu tidah akan berperang.' Mereka menjawab:
'Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal kami
sesungguhnya telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak
kami.' Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun
berpaling, kecuali beberapa orang yang saja di antara mereka. Dan Allah
Maha Mengetahui orang-orang yang lalim. Nabi mereka mengatakan kepada
mereka: 'Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.'
Mereka menjawab: 'Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih
berhak mengendalihan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak
diberi kekayaan yang banyak?' (Nabi mereka) berkata: 'Sesungguhnya Allah
telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahi ilmu yang luas dan
tubuh yang perkasa.' Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya tanda ia akan
menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat
ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan
keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman. Maka
tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: 'Sesungguhnya
Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu
meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada
rneminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku.
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka.
Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah
menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: 'Tak ada
kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentara-nya.'
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata:
'Berapa banyak yang terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta
orang-orangyang sabar.'" (QS. al-Baqarah: 246-249)
Jalut tampak membawa baju besinya bersama pedangnya. Tampaknya ia
menantang seseorang untuk berduel dengannya. Semua tentara Thalut merasa
takut untuk menghadapinya.
Di saat-saat tegang ini, muncullah dari pasukan Thalut seorang pengembala kambing yang kecil, yaitu Nabi Daud As. Nabi Daud As
adalah seorang yang beriman kepada Allah SWT. Ia mengetahui bahwa
keimanan kepada Allah SWT adalah hakikat kekuatan di alam ini, dan bahwa
kemenangan bukan semata-mata ditentukan banyaknya senjata dan kuatnya
tubuh.
Nabi Daud As maju dan meminta kepada raja Thalut agar
mengizinkannya berduel dengan Jalut. Namun si raja pada hari pertama
menolak permintaan itu. Nabi Daud As bukanlah seorang
tentara, ia hanya sekadar pengembala kambing yang kecil. Ia tidak
memiliki pengalaman dalam peperangan. Ia tidak memiliki pedang,
senjatanya adalah potongan batu bata yang digunakan untuk mengusir
kambingnya. Meskipun demikian, Nabi Daud As mengetahui
bahwa Allah SWT adalah sumber kekuatan yang hakiki di dunia ini. Karena
ia seorang yang beriman kepada Allah SWT, maka ia merasa lebih kuat
daripada Jalut.
Pada hari kedua, ia kembali meminta izin agar diberi kesempatan untuk memerangi Jalut. Lalu raja memberikan izin kepadanya.
Raja berkata kepadanya: "Seandainya engkau berani memeranginya, maka
engkau menjadi pemimpin pasukan dan akan menikahi anak perempuanku."
Nabi Daud As tidak peduli dengan iming-iming tersebut.
Ia hanya ingin berperang dan memenangkan agama. Ia ingin membunuh Jalut,
seorang lelaki yang sombong yang lalim dan tidak beriman kepada Allah
SWT, Raja mengizinkan kepada Nabi Daud As untuk berduel dengan jalut.
Nabi Daud As maju dengan membawa tongkatnya dan lima
buah batu serta katapel. Jalut maju dengan dilapisi senjata dan baju
besi. Jalut berusaha mengejek Nabi Daud As dan merendahkannya serta menertawakan kefakirannya dan kelemahannya.
Kemudian Nabi Daud As meletakkan batu yang kuat di atas
katapelnya, lalu ia melepaskannya di udara sehingga batu itu pun
meluncur dengan keras. Angin menjadi sahabat Daud karena ia cinta kepada
Allah SWT sehingga angin itu membawa batu itu menuju ke dahi Jalut.
Batu itu membunuhnya. Jalut yang dibekali senjata yang lengkap itu
tersungkur ke tanah dan mati.
Nabi Daud As, seorang pengembala yang baik, mengambil
pedangnya. Dan berkecamuklah peperangan di antara kedua pasukan.
Peperangan dimulai saat pemimpinnya terbunuh dan rasa ketakutan
menghinggapi seluruh pasukannya, sedangkan pasukan yang lain dipimpin
oleh seorang pengembala kambing yang sederhana.
Allah SWT berfirman:
"Tatkala mereka tampak oleh jalut dan tentaranya, mereka pun berdoa:
'Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah
pendirian kami terhadap orang-orang kafir.' Mereka (tentara Thalut)
mengalahkan tentarajalut dengan izin Allah memberinya kepadanya (Daud)
pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan
kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak
(keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah
bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta
alam." (QS. al-Baqarah: 250-251)
Setelah Nabi Daud As membunuh jalut, ia mencapai puncak
ketenaran di tengah-tengah kaumnya sehingga ia menjadi seorang lelaki
yang paling terkenal di kalangan Bani Israil. Beliau menjadi pemimpin
pasukan dan suami dari anak perempuan raja.
Namun Nabi Daud As tidak begitu gembira dengan semua
ini. Beliau tidak bertujuan untuk mencapai ketenaran atau kedudukan atau
kehormatan, tetapi beliau berusaha untuk menggapai cinta Allah SWT.
Nabi Daud As telah diberi suatu suara yang sangat indah dan mengagumkan. Nabi Daud As
bertasbih kepada Allah SWT dan mengagungkan-Nya dengan suaranya yang
menarik dan mengundang decak kagum. Oleh karena itu, setelah mengalahkan
Jalut, Daud bersembunyi.
Beliau pergi ke gurun dan gunung. Beliau merasakan kedamaian di
tengah-tengah makhluk-makhluk yang lain. Di saat mengasingkan diri,
beliau bertaubat kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia Kami. (Kami
berfirman): 'Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah
berulang-ulang bersama Daud', dan Kami telah melunakkan besi padanya.
(Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan
kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu
kerjakan." (QS. Saba': 10-11)
"Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua
bertasbih bersama Daud, dan Kamilah yang melakukannya. Dan telah Kami
ajarkan kepada Daud membuat baju besi kepada kamu, guna memelihara kamu
dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)." (QS.
al-Anbiya': 79-80)
Ketika Nabi Daud As duduk, maka ia bertasbih kepada
Allah SWT dan memuliakan-Nya. Allah SWT memilih Daud sebagai Nabi dan
memberinya Kitab Zabur. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami berikan Kitab Zabur kepada Daud." (QS. al-Isra': 55)
Zabur adalah kitab suci seperti Kitab Taurat. Daud membaca kitab
tersebut dan bertasbih kepada Allah SWT. Saat beliau bertasbih,
gunung-gunung juga ikut bertasbih, dan burung-burung pun berkumpul
bersama beliau.
Allah SWT berfirman:
"Dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya
dia amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan
gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu pagi dan
petang, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul.
Masing-masing amat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dan
Kami berikan hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan."
(QS. Shad: 17-20)
Gurun terbentang sehingga mencapai ufuk. Ini adalah hari puasa Nabi Daud As. Nabi Daud As berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada hari yang lain. Inilah yang disebut dengan Shiam ad-Dahr.
Nabi Daud As membaca Kitab Zabur dan merenungkan
ayat-ayatnya. Gunung-gunung bertasbih bersamanya. Gunung menyempurnakan
pembacaan ayat tersebut, dan terkadang beliau diam sementara gunung itu
menyempurnakan tasbihnya. Bukan hanya gunung yang bertasbih bersama
beliau, burung-burung pun ikut bertasbih.
Ketika Nabi Daud As mulai membaca Kitab Zabur yang suci
maka burung-burung, binatang-binatang buas, dan pohon-pohon pun
berkumpul di sisinya, bahkan gunung-gunung ikut bertasbih.
Bukan hanya karena ketulusan Nabi Daud As yang menjadi
penyebab bertasbihnya gunung-gunung atau burung-burung bersama beliau;
bukan hanya keindahan suaranya yang menjadi penyebab bertasbihnya
makhluk-makhluk yang lain bersama beliau, namun ini adalah mukjizat dari
Allah SWT kepadanya sebagai Nabi yang memiliki keimanan yang agung,
yang cintanya kepada Allah SWT sangat tulus.
Bukan hanya ini mukjizat yang diberikan kepada beliau, Allah SWT juga
memberinya ilmu atau kemampuan untuk memahami bahasa burung dan
hewan-hewan yang lain.
Pada suatu hari, beliau merenung dan mendengarkan ocehan burung yang
berdialog satu sama lain. Lalu beliau mengerti apa yang dibicarakan
burung-burung itu. Allah SWT meletakkan cahaya dalam hatinya sehingga ia
memahami bahasa burung dan bahasa hewan-hewan yang lain.
Nabi Daud As sangat mencintai hewan dan burung. Beliau
berlemah lembut kepada hewan-hewan itu, bahkan beliau merawatnya ketika
hewan-hewan itu sakit sehingga burung-burung dan binatang yang lain pun
mencintainya.
Di samping kemampuan memahami bahasa burung, Allah SWT juga memberinya hikmah (ilmu pengetahuan). Ketika Nabi Daud As
memperoleh ilmu dari Allah SWT atau ketika ia mendapatkan mukjizat maka
bertambahlah rasa cintanya kepada Allah SWT dan bertambah juga rasa
syukurnya kepada-Nya, begitu juga ibadahnya semakin meningkat. Oleh
karena itu, beliau berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada hari yang
lain.
Allah SWT sangat mencintai Nabi Daud As dan memberinya
kerajaan yang besar. Dan masalah yang dihadapi oleh kaumnya adalah,
banyaknya peperangan di zaman mereka. Karena itu, pembuatan baju besi
sangat penting. Baju besi yang dibuat oleh para ahli sangat berat
sehingga seorang yang berperang tidak mudah bergerak dengan bebas ketika
memakai baju besi itu.
Pada suatu hari, Nabi Daud As duduk sambil merenungkan
masalah tersebut dan di depan beliau ada potongan besi yang beliau
main-mainkan. Tiba-tiba, beliau mengetahui bahwa tangannya dapat
membikin besi itu lunak. Allah SWT memang telah melunakkan besi bagi Nabi Daud As.
Lalu Nabi Daud As memotong-motongnya dan membentuknya
dalam potongan-potongan kecil dan melekatkan sebagian pada yang lain,
sehingga beliau mampu membuat baju besi yang baru, yaitu baju besi yang
terbentuk dari lingkaran-lingkaran besi yang jika dipakai oleh seseorang
yang berperang maka ia akan leluasa untuk bergerak dan tubuhnya tetap
terlindung dari pedang dan kampak. Baju besi itu lebih baik dari semua
baju besi yang ada pada saat itu.
Allah SWT melunakkan baju besi baginya. Yakni, Nabi Daud As adalah orang yang pertama kali menemukan bahwa besi dapat menjadi leleh dengan api dan ia dapat dibentuk menjadi ribuan rupa.
Nabi Daud As bersyukur kepada Allah SWT. Kemudian
banyak pabrik-pabrik berdiri untuk membuat baju besi yang baru. Ketika
selesai pembuatan baju besi itu dan diberikan kepada pasukannya maka
musuh-musuh Nabi Daud As mengetahui bahwa pedang mereka tidak akan mampu menembus baju besi ini.
Baju besi yang dipakai oleh para musuh itu sangat berat dan dapat
ditembus oleh pedang. Baju besi yang mereka pakai tidak membuat mereka
bergerak dengan bebas dan tidak dapat melindungi mereka saat berperang,
tidak demikian halnya dengan baju besi yang dibuat oleh Nabi Daud As.
Setiap peperangan yang diikuti oleh tentara Daud maka beliau selalu
mendapatkan kemenangan; setiap kali beliau memasuki kancah peperangan
maka beliau merasakan kemenangan.
Beliau mengetahui bahwa kemenangan ini semata-mata datangnya karena
Allah SWT sehingga rasa syukurnya kepada-Nya semakin bertambah dan
tasbih yang beliau lakukan pun semakin meningkat serta kecintaan kepada
Allah SWT pun semakin bergelora.
Ketika Allah SWT mencintai seorang nabi atau seorang hamba dari
hamba-hamba-Nya maka Dia menjadikan manusia juga mencintainya. Manusia
mencintai Nabi Daud As sebagaimana burung-burung, hewan-hewan, dan gunung-gunung pun mencintainya.
Raja melihat hal yang demikian itu lalu timbullah rasa cemburu dalam dirinya. Ia mulai berusaha untuk menyakiti Nabi Daud As dan membunuhnya. Ia menyiapkan pasukan untuk membunuh Daud. Nabi Daud As mengetahui bahwa raja cemburu kepadanya. Oleh karena itu, beliau tidak memerangi raja namun apa yang beliau lakukan?
Beliau mengambil pedang raja saat ia tidur lalu beliau memotong sebagian dari pakaiannya dengan pedang itu.
Kemudian beliau membangunkan raja dan berkata kepadanya: "Wahai raja,
engkau telah berencana untuk membunuhku, namun aku tidak membencimu dan
tidak ingin membunuhmu. Seandainya aku ingin membunuhmu maka aku lakukan
saat engkau tidur. Ini bajumu telah terpotong. Aku telah memotongnya
saat engkau tidur. Aku bisa saja memotong lehermu sebagai ganti dari
memotong baju itu, tetapi aku tidak melakukannya. Aku tidak suka untuk
menyakiti seseorang pun. Ajaran yang aku bawa hanya berisi cinta dan
kasih sayang, bukan kebencian. Raja menyadari bahwa dirinya salah dan ia
meminta maaf kepada Daud."
Kemudian berlalulah hari demi hari dan raja terbunuh dalam suatu peperangan yang tidak diikuti oleh Nabi Daud As, karena raja itu cemburu kepadanya dan menolak bantuannya.
Setelah itu, Nabi Daud As menjadi raja. Masyarakat saat
itu mengetahui bahwa Daud melakukan apa saja demi kebaikan dan
kebahagiaan mereka sehingga mereka rela untuk menjadikannya raja bagi
mereka.
Jadi, Daud menjadi Nabi yang diutus oleh Allah SWT sekaligus menjadi
raja. Kekuasaan tersebut justru meningkatkan rasa syukur kepada Allah
SWT dan meningkatkan ibadahnya kepada-Nya serta mendorong beliau untuk
lebih meningkatkan kebaikan dan menyantuni orang-orang fakir serta
menjaga kepentingan masyarakat umum.
Allah SWT memperkuat kerajaan Nabi Daud As. Allah
selalu menjadikannya menang ketika melawan musuh-musuhnya. Allah
menjadikan kerajaannya sangat besar sehingga ditakuti oleh
musuh-musuhnya meskipun tidak dalam peperangan. Allah menambah
nikmat-Nya kepada Nabi Daud As dalam bentuk memberinya hikmah.
Selain memberi kenabian kepada Nabi Daud As, Allah SWT memberi hikmah dan kemampuan untuk membedakan kebenaran dari kebatilan. Nabi Daud As
mempunyai seorang anak yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah anak yang
cerdas dan kecerdasannya itu tampak sejak masa kecilnya. Usia Sulaiman
mencapai sebelas tahun ketika terjadi kisah ini.
Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberihan
keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh
kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan
yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian
kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada
masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu. " (QS.
al-Anbiya': 78-79)
Seperti biasanya, Nabi Daud As duduk dan memberikan
keputusan hukum kepada manusia dan menyelesaikan persoalan mereka.
Seorang lelaki pemilik kebun datang kepadanya disertai dengan lelaki
yang lain.
Pemilik kebun itu berkata kepadanya: "Tuanku wahai Nabi, sesungguhnya
kambing laki-laki ini masuk ke kebunku dan memakan semua anggur yang ada
di dalamnya. Aku datang kepadamu agar engkau menjadi hakim bagi kami.
Dan aku menuntut ganti rugi."
Nabi Daud As berkata kepada pemilik kambing: "Apakah benar bahwa kambingmu memakan kebun lelaki ini?"
Pemilik kambing itu berkata: "Benar wahai tuanku."
Nabi Daud As berkata: "Aku telah memutuskan untuk memberikan kambingmu sebagai ganti dari apa yang telah dirusak oleh kambingmu."
Sulaiman berkata: "Allah telah memberinya hikmah di samping ilmu yang
diwarisi dari ayahnya— aku memiliki hukum yang lain, wahai ayahku."
Nabi Daud As berkata: "Katakanlah wahai Sulaiman."
Sulaiman berkata: "Aku memutuskan agar pemilik kambing mengambil kebun
laki-laki ini yang buahnya telah dimakan oleh kambingnya. Lalu hendaklah
ia memperbaikinya dan menanam di situ sehingga tumbuhlah pohon-pohon
anggur yang baru. Dan aku memutuskan agar pemilik kebun itu mengambil
kambingnya sehingga ia dapat mengambil manfaat dari bulunya dan susunya
serta makan darinya. Jika pohon anggur telah besar dan kebun tidak rusak
atau kembali seperti semula, maka pemilik kebun itu dapat mengambil
kembali kebunnya dan begitu juga pemilik kambing pun dapat mengambil
kambingnya."
Nabi Daud As berkata: "Ini adalah keputusan yang hebat
wahai Sulaiman. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberimu hikmah
ini. Engkau adalah Sulaiman yang benar-benar bijaksana."
Nabi Daud As —meskipun kedekatannya kepada Allah SWT
dan kecintaannya kepada-Nya— selalu belajar kepada Allah SWT. Allah SWT
telah mengajarinya agar ia tidak memutuskan suatu perkara kecuali
setelah ia mendengar perkataan kedua belah pihak yang bertikai.
Pada suatu hari Nabi Daud As duduk di mihrabnya yang di
situ ia salat dan beribadah. Ketika ia memasuki kamarnya, ia
memerintahkan para pengawalnya untuk tidak mengizinkan seseorang pun
masuk menemuinya atau mengganggunya saat ia salat.
Tiba-tiba, beliau dikagetkan ketika melihat dua orang lelaki berdiri di hadapannya. Nabi Daud As takut kepada mereka berdua karena mereka berani masuk, padahal ia telah memerintahkan agar tak seorang pun masuk menemuinya.
Nabi Daud As bertanya kepada mereka: "Siapakah kalian berdua?"
Salah seorang lelaki itu berkata: "Janganlah takut wahai tuanku. Aku dan
laki-laki ini berselisih pendapat. Kami datang kepadamu agar kamu
memutuskan dengan cara yang benar."
Nabi Daud As bertanya: "Apa masalahnya?"
Laki-laki yang pertama berkata: "Saudaraku ini mempunyai sembilan puluh
sembilan kambing betina, sedangkan aku hanya mempunyai satu. Ia telah
mengambilnya dariku."
Ia berkata: "Berikanlah kepadaku, lalu ia mengambilnya dariku."
Nabi Daud As berkata tanpa mendengar pendapat atau
argumentasi pihak yang lain: 'Sesungguknya dia telah berbuat lalim
kepadamu dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan kepada kambingnya.
Dan sesungguhnya dari kebanyakan orang-orang yang berserikat itu
sebagian mereka berbuat lalim kepada sebagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman.'
Nabi Daud As terkejut ketika tiba-tiba dua orang itu
menghilang dari hadapannya. Kedua orang itu bersembunyi laksana awan
yang menguap di udara.
Akhirnya, Nabi Daud As mengetahui bahwa kedua lelaki
itu adalah malaikat yang diutus oleh Allah SWT kepadanya untuk
memberinya pelajaran: hendaklah ia tidak mengambil keputusan hukum di
antara dua orang yang berselisih kecuali setelah mendengar perkataan
mereka semua.
Barangkali pemilik sembilan puluh sembilan kambing itu yang benar. Nabi Daud As tunduk dan bersujud serta rukuk kepada Allah SWT dan meminta ampun kepada-Nya.
Allah SWT berfirman:
"Dan sampaikah kepadamu berita orang-orang yang berperkara ketika
mereka memanjat pagar? Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia
terkejut dengan (kedatangan) mereka. Mereka berkata: 'Janganlah kamu
merasa takut, (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang
dari kami berbuat lalim kepada yang lain; maka berilah keputusan di
antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan
tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini
mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai
seekor saja. Maka dia berkata: 'Serahkanlah kambing itu kepadaku dan dia
mengalahkan aku dalam perdebatan.' Daud berkata: 'Sesungguhnya dia
telah berbuat lalim kepadamu dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan
kepada kambingnya. Dan sesungguhnya dari kebanyakan orang-orang yang
berserikat itu sebagian mereka berbuat lalim kepada sebagian yang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan
amat sedikitlah mereka ini". Dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya;
maka ia meminta. ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan
bertaubat. Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya
dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang
baik." (QS. Shad: 21-25)
Banyak cerita dongeng atau bohong yang disampaikan orang-orang Yahudi tentang godaan yang dialami oleh Nabi Daud As.
Dikatakan bahwa ia tertarik dengan istri dari salah seorang pemimpin
pasukannya lalu ia mengutus pemimpin itu di suatu peperangan di mana ia
mengetahui apa yang terjadi dengannya. Kemudian Daud menguasai istrinya.
Itu adalah kepalsuan yang mengada-ada. Manusia yang hatinya berhubungan
dengan bintang tertinggi di langit dan tasbihnya berhubungan dengan
tasbih makhluk-makhluk dan benda-benda mati, maka mustahil baginya untuk
hanya melihat atau tertarik dengan keindahan atau kecantikan wajah
wanita atau fisiknya.
Seseorang yang melihat puncak keindahan di alam dan berhubungan
dengannya secara langsung dan menundukkannya dengan tasbihnya maka
mustahil baginya untuk tunduk kepada naluri seksual.
Nabi Daud As adalah seorang hamba Allah SWT dan tidak
mungkin ia menjadi hamba dari nalurinya sebagaimana yang dikemukakan
oleh cerita-cerita palsu Bani Israil.
Nabi Daud As kembali menyembah Allah SWT dan bertasbih kepada-Nya serta melantunkan senandung cinta kepada-Nya sampai akhir hayatnya.
Nabi Daud As berpuasa sehari dan berbuka sehari.
Sehubungan dengan itu, Rasulullah saw
bersabda: "Sebaik-baik puasa adalah puasanya Daud. Beliau berpuasa satu
hari dan berbuka satu hari. Beliau membaca Zabur dengan tujuh puluh
suara; beliau melakukan salat di tengah malam dan menangis di dalamnya,
dan karena tangisannya segala sesuatu pun ikut menangis, dan suaranya
dapat menyembuhkan orang yang gelisah dan orang yang menderita."
Nabi Daud As meninggal secara tiba-tiba sebagaimana dikatakan oleh berbagai riwayat.
Matahari mengganggu manusia, lalu Sulaiman memanggil burung dan berkata:
"Naungilah Daud. Maka burung itu menaunginya. Dan angin menjadi
tenang."
Nabi Sulaiman
berkata kepada burung: "Naungilah manusia dari sengatan matahari.
Burung itu pun tunduk kepada perintah Sulaiman. Ini untuk pertama
kalinya orang-orang menyaksikan kekuasaan Sulaiman."
0 comments:
Post a Comment